Puasa Menuju Kecerdasan Spiritual dan Sosial
Bulan suci Ramadan 1442 H telah datang. Tentu, ini adalah rahmat bagi kita semua umat Islam.
Datangnya bulan suci Ramadhan menjadi momentum bagi kaum Muslim untuk menciptakan suasana yang mendukung bagi tatanan yang lebih baik.
Kita diajarkan oleh Islam agar Ramadhan bisa menjadi media bagi umat Islam untuk meningkatkan amal ibadah, mengelola emosi serta meningkatkan kesabaran sehingga termasuk hamba Allah yang mendapatkan rahmat dan ampunan dosa dari Allah SWT.
Di awal, di tengah dan di akhir dari ibadah puasa Ramadan, sering kita dengar doa berikut: mudah-mudahan Allah SWT menerima segala amal ibadah puasa kita. Doa seperti ini tidak akan lahir jika tidak ada harapan. Justeru karena harapan besar, lalu doa tersebut banyak orang yang sering mendengarkan.
Harapan besar itu bisa dinisbatkan kepada Hadits nabi berikut: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).
Dasar iman di sini berarti bahwa puasa di jalani karena memang meyakini ibadah tersebut adalah kewajiban atau perintah Allah SWT. Sedangkan arti ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala.
Untuk itu, puasa harus mendasari dengan keikhlasan dan ketulusan. Secara spiritual, keikhlasan dan ketulusan ini mengantarkan ibadah tersebut Allah subhanahu wa ta’ala kabulkan sebagai penunaian kewajiban kita salah satu rukun Islam, yaitu melaksanakan amal ibadah puasa romadhon. Karena itu, hendaknya di dalam melaksanakan puasa ibadah fardhu romadhon ini kita jadikan candradimuka untuk menambah kecerdasan spiritualitas kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Tentu, mudah-mudahan kita mendapat anugerah keselamatan kesehatan keberkahan oleh Allah dan menjadikan bulan suci Ramadan ini sebagai peningkatan ibadah. Dengan begitu, kita bisa menjadi orang-orang yang soleh dan solehah, baik secara pribadi maupun secara sosial, kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Selain untuk kecerdasan spiritual, datangnya bulan suci Ramadhan hendaknya dapat menjadi momentum bagi kaum Muslimin dan Muslimat untuk menciptakan suasana yang lebih mendukung bagi tatanan yang lebih baik.
Mengelola Emosi
Kita semua berharap Ramadhan bisa menjadi media bagi umat Islam untuk meningkatkan amal ibadah, mengelola emosi serta meningkatkan kesabaran sehingga termasuk hamba Allah yang mendapatkan rahmat dan ampunan dosa dari Allah SWT.
Sikap kita semua memang harus adil dan bijaksana. Saat bulan puasa tiba, kita patut menjaga kesucian dan keagungan bulan suci ini. Melaksanakan puasa adalah bagian dari upaya untuk menjaga kesucian dan keagungan bulan Ramadan itu.
Saat harus tidak puasa sekalipun, kita tidak selayaknya menunjukkan praktik makan dan minum di siang hari secara kasat mata, menyolok, dan bahkan berlebihan. Bahkan, menjual makanan dan minuman harus menghormati kesucian bulan Ramadan dengan tidak semena-mena membuka warung atau restoran di siang hari.
Memang, bersikap moderat sebagai bentuk penghormatan itu tidak gampang. Sebaliknya, menjadi ekstrem itu mudah sekali. Untuk memiliki sikap moderat, kita butuh memiliki wawasan luas, kearifan tinggi, dan pertimbangan yang matang dalam berpikir dan bertindak. Puasa menjadi kesempatan yang sangat baik bagi penumbuhan sikap moderat dimaksud.
Menjaga kehidupan harmoni demi kedamaian, ketentraman, keamanan dan kemapanan tatanan kehidupan di tengah kehidupan masyarakat adalah juga ibadah. Tanpa harmoni, ibadah tidak akan bisa berjalan dengan khusyuk. Karena itu, ketenteraman, kedamaian dan ketertiban adalah prasyarat bagi ibadah yang khusyu.
Atas nama ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, alfaqir mengucapkan selamat menunaikan ibadah fardhu puasa di bulan suci romadhon 1442 H kepada seluruh umat Islam, khususnya masyarakat Jawa timur.
Ketua Umum MUI Provinsi Jawa Timur,
Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo
sumber : https://jatim.kompas.tv/article/163980/dari-puasa-ke-kecerdasan-spiritual-dan-sosial